THE BEATLES #1
Di pertengahan 1960, seorang relasi bernama Allan Williams mengajak mereka untuk bermain di Hamburg, Jerman. Karena kekosongan pemain drum, mereka lalu secara dadakan mengaudisi Pete Best dan duduklah dia di posisi tersebut. Mulailah petualangan mereka mengisi klub-klub kawasan merah Hamburg dengan rock and roll.
Di Hamburg, Sutcliffe mendapat kekasih baru bernama Astrid Kirchherr. Nona inilah yang yang memperkenalkan gaya rambut German “exi” (eksistensialis) yang nantinya diadopsi sebagai trademark rambut personil The Beatles.
REKAMAN PERTAMA
Kesempatan pertama The Beatles di Hamburg hanya beberapa bulan saja. Berbagai masalah membuat beberapa personil harus kembali ke Liverpool pada akhir 1960. hanya Sutcliffe yang kemudian menetap di Jerman. Personil The Beatles lainnya melanjutkan bermain di berbagai club di Liverpool. Secara rutin mereka bermain di daerah Merseyside, tepatnya di sebuah klub legendaris bernama Tavern Club, tempat yang menjadi tonggak lahirnya Merseybeat Sound. Pada awal tahun 1961, Sutcliffe keluar dari band untuk memfokuskan diri pada pendidikannya sekolah seni di Jerman. McCartney lalu mengambil posisinya sebagai pemain bass. Di tahun yang sama, The Beatles kembali ke Hamburg, mereka kemudian mendapat kontrak rekaman pertama dari seorang produser Jerman, Bert Kaempert, untuk menjadi band pendamping seorang penyanyi gitaris rock British bernama Tony Sheridan. Rekaman itu bertajuk “Tony Sheridan & The Beat Brothers, dengan single “My Bonnie”.
Di tahun 1961, nama The Beatles semakin populer, terlebih di Liverpool. Tavern Club mengantarkan mereka bertemu dengan Brian Epstein, seorang pengusaha rekaman dan kolomnis musik, yang kemudian menjadi manajer mereka pada Januari 1962. Epstein mengajak mereka mengikuti audisi di Decca Records (beberapa track audisi kemudian dijadikan bootleg yang dirilis pada tahun 1995). Namun Decca Records menolak mereka begitu pula dengan beberapa label yang lain. Di tahun yang sama, usaha giat Epstein terbayar kala seorang produser bernama George Martin mengajukan surat kontrak kepada The Beatles dibawah label Parlophone, anak perusahaan EMI Records. The Beatles kemudian melakukan rekaman pertamanya dibawah Martin di Studio Abbey Road (milik EMI) di London pada Juni 1962. Kala itu, Martin menyatakan ketidaksukaannya pada Pete Best, ia mengajukan usulan kepada Epstein untuk mengganti Best dengan drummer studio. Lalu mereka menyewa Andy White sebagai Drummer. Pemecatan Best mengantar The Beatles bertemu dengan Ringgo Starr yang pada saat itu meninggalkan bandnya Rory Storm and the Hurricanes. Sebelum Ringgo resmi bergabung, Andy White masih mengisi track drum di single “Love Me Do” dan “P.S. I Love You”. Untuk kepentingan komersil, Epstein memberi masukan kepada The Beatles untuk menyempurnakan penampilannya dengan memakai pakaian rapi dan dasi, melengkapi potongan khas rambut mereka.
Inilah formasi terakhir yang terus bertahan hingga bubarnya nanti yaitu John Lennon pada gitar, McCartney pada Bass, George Harrison pada Gitar lead, Ringgo Starr pada Drum, dan semua personil menjadi penyanyi. Single “Love Me Do” membuat The Beatles terkenal saat itu. Popularitas mereka menanjak ketika tak lama kemudian mereka merilis single “Please Please Me/Ask me Why” pada bulan November yang kemudian mencapai puncak chart UK di awal 1930. Sepanjang tahun 1962 ini, The Beatles masih bermain di Hamburg hingga berakhir pada bulan Desember 1962.
KETENARAN GLOBAL (1963 – 1966)
Tahun 1963 menjadi tahun produktif untuk The Beatles. Diproduseri oleh George Martin, The Beatles memproduksi LP (Long Playing Records / album) secara Live di Abbey Road Studios. 10 tracks direkam melengkapi 4 tracks yang sudah dirilis sebelumnya. LP yang diberi tajuk “Please Please Me” itu kemudian dirilis pada Maret 1963. Materi di album ini menampilkan duet komposisi Lennon-McCartney yang kemudian menjadi prototype di album-album berikutnya. Ke produktif-an The Beatles diikuti dengan dirilisnya beberapa single, yaitu “From Me To You” pada bulan April yang juga merajai puncak Chart UK, dan single keempat “She Loves You” di bulan Agustus yang sukses menjadi single pertama yang terjual sejuta copy. Logo icon The Beatles juga diperkenalkan pertama kali di Tahun 1963 saat menghiasi cover bass drum Starr. Begitu pula dengan istilah “Beatlemania” yang lahir seiring menanjaknya kepopuleran mereka di pertengahan 1963. Hari-hari The Bealtes mulai diwarnai dengan banyaknya jadwal konser yang mana panggung mereka selalu ramai dengan fans yang berteriak dengan histeris. Tour luar negeri pertama mereka (selain di Hamburg) adalah ke Swedia pada bulan Oktober. Sepulangnya dari Swedia, mereka disambut oleh banyak fans dan wartawan yang mulai memaparkan mereka di headline media.
Disela jadwal tour, The Beatles juga menyempatkan diri merekam lagu sebagai materi untuk album berikutnya “With The Beatles”. Materi direkam memakai teknik studio recording (tidak live seperti sebelumnya) pada bulan Juli dan Oktober 1963. Sebelum album tersebut dirilis, mereka mengeluarkan single “I Want To Hold Your Hand” di bulan November. Sama seperti single sebelumnya, single inipun kembali menambah banyaknya fans yang menggilai mereka, sebuah fenomena musik yang belum pernah ada sebelumnya di UK. Album “With The Beatles” akhirnya resmi di rilis pada Januari 1964 yang secara umum berisi materi duet Lennon-McCartney. Album ini mendapat pujian dari Times melalui kritikus musik Willian Mann yang mengukuhkan duet Lennon-McCartney sebagai komponis Inggris yang mengagumkan.
AWAL BRITISH INVASION
Sejarah The Beatles pun sampai di tanah Amerika (US). Pada awalnya, perjalan lagu-lagu mereka tidak begitu mulus, Capitol Records, label independent di US, menolak untuk merilis beberapa single pertama band ini. Hingga akhirnya mereka merilis single “I Want To Hold Your Hand” yang kemudian merajai chart US dan terjual lebih dari 2,5 juta copy. Perjalanan The Beatles ke US dimulai pada 7 Februari 1964 yang menjadi tonggak Invasi Inggris (Brtitish Invasion). Mendarat di JFK Airport, mereka disambut sekitar 3000 fans. Penampilan pertama mereka di The Ed Sullivan Show disaksikan sekitar 74 juta orang atau setidaknya 40 persen populasi Amerika. Setelah itu, mereka mengadakan konser terbuka pertama di Washington Coliseum yang dibanjiri oleh ribuan beatlemania. Mereka kembali ke Inggris pada 22 Februari setelah sebelumnya tampil untuk kedua kalinya di The Ed Sullivan Show. Lagu-lagu The Beatles merajai posisi chart Billboard. Remaja Amerika pun mulai meniru gaya rambut dan berpakaian mereka. Tampilnya mereka di US menginspirasi banyak band Inggris untuk menyeberang Lautan Atlantik menuju Amerika, inilah British Invasion.
The Beatles memulai lagi tour internasionalnya pada bulan Juni 1964 menuju Belanda, Hongkong, Australia, dan New Zealand, lalu kembali lagi ke US. Tour mereka selalu dihiasi ribuan fans yang berteriak histeris yang menutupi kemampuan ampli mereka mengeluarkan musik yang mereka mainkan, sehingga para personil The Beatles tidak dapat mendengarkan apa yang mereka mainkan. Hal rutin ini lah yang kemudian membuat mereka bosan melakukan tour.
Tour ke US pada bulan Agustus membawa mereka pada sebuah pertemuan yang kemudian akan mengubah mereka. Mereka dipertemukan dengan seorang legenda Folk song Amerika yaitu Bob Dylan. Bisa dibayangkan dari latar belakang musik, lirik, penampilan, serta gaya hidup mereka yang berbeda jauh. Bob Dylan yang flamboyan, seorang kritikus sosial dan politik dengan lirik-lirik puitis yang tajam bertemu dengan 4 orang berpenampilan rapi yang membawakan rock and rol ‘manis’ yang penuh dengan lirik cinta. Dylan yang kemudian memperkenalkan The Beatles dengan Mariyuana. Ada kisah lucu dai kejadian ini, Dylan menawarkan Mariyuana karena dia salah mengartikan lagu “I Want To Hold Your Hand” pada kata ‘I can’t hide’ dan ‘I get high’ yang dipikirnya mengacu pada Mariyuana. Yah, pertemuan ini adalah pertemuan budaya yang sangat menginspirasi The Beatles di album-album berikutnya.
A HARD DAYS NIGHT, BEATLES FOR SALE, HELP!, HINGGA RUBBER SOUL
Pada kesempatan selanjutnya, The Beatles mulai merambah ke dunia per-film-an. Kurangnya perhatian Capitol Records membuat kompetitor lain mendekati The Beatles. Adalah United Artist Records melalui divisi film nya menawarkan kontrak film kepada The Beatles, dengan harapan akan diikuti oleh kontrak rekaman. Debut film pertama The Beatles berjudul “A Hard Day’s Night” yang di sutradarai oleh Richard Lester, digarap selama 6 minggu di bulan Mei-April 1964. Film ini bergaya semi dokumenter musikal yang menampilkan para personil The Beatles secara komikal dan komedi. Film ini pertama kali diputar di London dan New York pada bulan Juli dan Agustus dan menuai sukses.
Album Soundtrack “A Hard Day’s Night” dirilis pada bulan Juli 1964. Sama seperti album-album sebelumnya, album ini pun juga menuai sukses. Dalam album ini terlihat bahwa semua musik yang meng-influens mereka menyatu dan menampilkan ciri rock and roll The Beatles yang khas. Sound khas mereka pun mulai tampak di album ini. Materi dalam album ini memuat komposisi original dari Lennon dan McCartney, tanpa lagu cover. Secara umum dapat dikatakan bahwa di album ini lah The Beatles mulai menampilkan kesejatian musik mereka yang penuh keceriaan dan optimisme. Sound The Beatles yang khas, khususnya sound gitar resonant elektrik 12 senar yang dipakai Harrison kemudian menginfluens sound band The Byrds dalam meramaikan dunia rock and roll tahun 60an.
Belum hilang gegap gempita album “A Hard Day’s Night”, The Beatles kembali masuk ke dapur rekaman untuk menyelesaikan materi album studio ke lima nya, “Beatles for Sale”. Mereka menggarap materi ini selama bulan Agustus sampai Oktober 1964, album ini kemudian di rilis pada akhir tahun 1964. Secara materi album, format “Beatles For Sale” mengikuti dua album pertama yang banyak diisi dengan banyak lagu cover.
Memasuki tahun 1965, kehidupan The Beatles mulai diwarnai dengan kontroversi. Pada bulan April, The Beatles mulai berkenalan dengan LSD, yang diberikan oleh oleh dokter gigi Lennon dan Harrison. Pada bulan Juni, Ratu Elizabeth II menunjuk mereka menjadi Anggota Kerajaan Inggris (MBR), yang ditentang oleh beberapa anggota lain yang konservatif, karena kebiasaan penghargaan itu diberikan kepada militer ataupun pemimpin sipil.
Ditahun yang sama, The Beatles kembali menggarap film ke dua. Bertajuk “Help!”, film ini kembali di sutradarai oleh Richard Lester, yang kemudian dirilis pada bulan July 1964. Beberapa review mengatakan bahwa film ini sangat buruk dibandingkan dengan film sebelumnya, namun walau demikian film ini tetap mendapat kesuksesan komersil di pasaran. Materi soundtrack di album “Help!” hanya diisi oleh dua lagu cover. Di album ini, Harrison mulai menampilkan dirinya sebagai pencipta, ada dua lagu yang ia ciptakan untuk album ini. “Help!” juga menunjukkan perubahan pada diri The Beatles. Perubahan vocal Lennon dipengaruhi oleh Bob Dylan dan gaya musisi folk Amerika lain. Selain itu, album ke lima ini berisi sebuah lagu balada terkenal sepanjang masa yaitu “Yesterday“ yang diciptakan oleh McCartney. Adalah suatu tahapan baru ketika mereka mulai memasukkan unsur orkestra pada lagu ini.
The Beatles kemudian melakukan kunjungan ke US untuk yang ketiga kalinya pada Agustus 1965. Konser terbesar pada kunjungan ini adalah di New York’s Shea Stadium yang dihadiri sekitar 55.600 orang fans. Kemudian The Beatles melanjutkan 9 konser sukses lainnya di berbagai kota di Amerika. Di akhir kunjungan, The Beatles akhirnya bertemu dengan idola mereka yang menjadi pondasi musik mereka, Elvis Persley. Mereka kemudian mengobrolkan banyak hal dan melakukan jam session.
Album berikutnya, “Rubber Soul” dirilis pada bulan Desember 1965. Album ini mendapat banyak pujian karena menampilkan kedewasaan bermusik mereka. Banyak sekali peningkatan kualitas baik dari materi komposisi, lirik, dan berbagai sound yang dipakai. Pada Norwegian Wood (The Bird has Flown), merakai mulai memasukkan unsur sound tradisional seperti sitar, yang menjadi momentum dalam merombak unsur sound pada genre rock standar. Beberapa komposisi menandai mereka sudah memasuki ranah baru dalam bermusik seperti folk rock. Lirik The Beatles mulai mencerminkan perasaan terdalam mereka, yang kemudian disambut dengan banyak interpretasi berbeda tentang cerita dalam lagu-lagu mereka. Album ini menandai perubahan signifikan pada musik The Beatles yang kemudian tercermin di album-album berikutnya.
MENJADI BAND STUDIO
Di bulan Juni 1966, Capitol Records merilis sebuah album kompilasi The Beatles untuk pasar US. Album bertajuk “Yesterday and Today” itu menuai kontroversi dimana foto kulit album menampilkan personil The Beatles berpakaian ala tukang potong daging sedang tersenyum menyeringai dikelilingi potongan daging dan boneka bayi. Menurut The Beatles sendiri gambar itu adalah sebuah lelucon satri untuk Capitol Records dimana mereka mengartikan kompilasi berarti ‘memotong-motong’ lagu dari album mereka terdahulu. Tak lama kemudian album tersebut berganti kulit album. Kini album dengan gambar tukang potong daging tersebut menjadi koleksi langka yang tentunya para kolektor berani membayarnya dengan harga mahal. Tak lama setelah kontroversi cover, The Beatles kembali menjadi sorotan publik saat tour dunia mereka ke Filipina. Saat itu ibu negara Filipina, Imelda Marcos, mengundang The Beatles untuk sarapan bersama. Epstein menolak tawaran tersebut dengan sopan. Namun penolakan tersebut dianggap hinaan bagi rejim Marcos. Terjadilah kericuhan yang membahayakan mereka, walau akhirnya mereka dapat lolos keluar dari negeri itu dengan berbagai kesulitan.
Tak lama sekembalinya mereka, lagi-lagi sebuah kisah kontroversi terjadi. Kelompok agama dan sosial yang konservatif di US mengkritik mereka akibat komentar Lennon saat diwawancarai reporter Inggris Maureen Cleave mengatakan bahwa Kristiani sedang sekarat dan The Beatles lebih populer daripada Yesus. Berita ini kemudian muncul di majalah remaja US Datebook. The Beatles kemudian dilarang di bebereapa tempat. Afrika Selatan bahkan melarang pemutaran lagu The Beatles hingga akhirnya diizinkan kembali di tahun 1971. Epstein balas mengkritik Datebook dengan menyatakan bahwa tulisan mereka tidak sesuai dengan konteks wawancara saat itu. Lennon menyatakan bahwa saat itu ia menunjuk bagaimana orang-orang begitu mengelu-elukan mereka, sama seperti orang-orang menyukai televisi, dan dalam hal ini, seperti hal nya Televisi, The Beatles lebih populer dari Yesus. Pada akhirnya, Lennon pun meminta maaf kepada publik.
Terlepas dari kontroversi yang berkelanjutan tersebut, The Beatles kembali merilis sebuah album fenomenal lain pada bulan Agustus 1966. Album berjudul “Revolver” kembali mendapat pujian dari berbagai media. Salah satu komentar bahwa di album ini The Beatles kembali mengalami peningkatan kualitas dari album sebelumnya. The Beatles kembali dipuji atas berbagai eksperimen sound dan inovasi original pada materi lagu-lagu mereka. Perhatikan lagu “Tomorrow never knows “ yang berisi berbagai sound-sound yang terdengar aneh namun begitu menyatu dengan tema lagu mereka. Simak pula megahnya orkestrasi di lagu Eleanor Rigby yang begitu mendukung cerita satir lagu itu. Album ini juga dianggap sebagai salah satu momentum yang memperkuat perubahan musik mereka ke arah folk rock.
The Beatles mengambil sebuah keputusan brilian yang sangat mempengaruhi peningkatan kualitas berkali-kali lipat pada album mereka selanjutnya. Mereka memutuskan untuk tidak lagi melakukan tour, dengan kompensasi mereka memfokuskan diri pada rekaman studio. Berbagai hal mendasari keputusan ini, dari bosan melakukan konser, tidak dapat mendengarkan sound mereka disaat konser karena selalu tertutup dengan teriakan fans, hingga berbagai kasus kontroversi yang menerpa mereka. Konser komersil terakhir The Beatles terjadi di Candlestick San Franssisco pada 26 Agustus 1966.
Berbagai spekulasi dikeluarkan oleh media terkait keputusan tersebut. Segala opini dijawab The Beatles dengan keluarnya single “Penny Lane/ Strawberry Fields Forever” di bulan Februari 1967. Single tersebut dinyatakan sebagai single yang paling berkualitas dari single-single terdahulu. Dua lagu tersebut menandai era baru musik The Beatles.
Tak lama setelahnya, tepatnya pada bulan Juni 1967, keluarlah jawaban The Beatles atas keputusan brilian mereka untuk fokus pada rekaman. Album bertajuk “Sgt. Pepper Lonely Heart Club Band’ yang begitu fenomenal menandai puncak kualitas bermusik The Beatles. Majalah Rolling Stones menempatkan album Sgt. Pepper di urutan pertama di edisi 500 Greatest Albums of All Time. Album yang sangat konseptual ini menandai revolusi baru dalam sejarah musik rock yang dahulu ditandai oleh fenomena Elvis Perseley pada tahun 1956, dan fenomena Beatlemania tahun 1963.
Materi album Sgt. Pepper dipenuhi dengan berbagai eksperimen inovatif yang menandai begitu kompleks nya musik The Beatles. The Beatles kembali melakukan perombakan besar-besaran pada standar musik yang pernah ada, sehingga membuka berbagai inovasi lain yang dapat dilakukan orang-orang dalam bermusik. Semua lagu dalam album ini adalah masterpiece. Simaklah lagu memorial Lennon “A Day in the Life” yang berisi beragam sampling suara. Lirik lagu mereka semakin dalam dan puitis dengan aneka ragam tema cerita. Orang-orang pun mulai mempelajari lirik lagu mereka layaknya sebuah karya sastra yang membuka banyak interpretasi. “Lucy In The Sky With Diamonds” adalah lagu dengan lirik yang mengundang beragam interpretasi. Berbagai dugaan mengkaitkan lagu tersebut dipengaruhi narkotika, sesuai dengan judulnya yang bila disingkat akan menghasilkan “LSD”, salah satu produk narkotika yang kerap dikonsumsi para Beatle. Tak hanya di materi lagu, desain kulit album dan penampilan personil The Beatles juga mengalami perubahan yang menandai kedewasaan mereka. Secara umum, berbagai hal, bahkan hal yang begitu detail, dalam album ini mendapat sorotan dan pujian.
Pada25 Juni, The Beatles kembali mengeluarkan single barunya, “All You Need is Love” yang menjadi lagu kebangsaan gerakan generasi bunga saat itu. Single tersebut disiarkan secara global pada Our World (International TV Special), sebuah tv jaringan pertama. Beberapa bulan kemudan, mereka pergi kepada Maharishi Mahesh Yogi di Bangor untuk melakukan meditasi transen karena mereka merasa kondisi psikologis mereka kurang baik saat itu. Ditengah proses, datanglah sebuah kabar yang sangat buruk. Manajer mereka Brian Epstein ditemukan tidak bernyawa akibat overdosis. Emosi Epstein yang rapuh saat itu dipengaruhi oleh berbagai hal seperti misalnya ketakutannya The Beatles tidak akan memperpanjang kontrak dengannya dan berbagai masalah bisnis lainnya. Kematian Epstein jugalah yang dipercaya membuat The Beatles kehilangan kendali seorang pemimpin, yang kemudian membuat mereka tak kuasa meredam konflik antar personil.
Kematian Epstein sangat memukul hati mereka. Walau dalam keadaan tertekan, mereka tetap memproduksi proyek film berikutnya. Film berjudul “Magical Mistery Tour” yang mereka sutradarai sendiri, yang kemudian diputar pada menjelang Natal Desember 1967. Berbeda dengan film nya yang mendapat banyak kritikan pedas, soundtrack film ini mendapat tanggapan positif karena kualitasnya yang sebanding dengan album sebelumnya. Di Inggris, soundtrack ini dirilis sebagai EP berisikan 6 lagu yang dirilis awal Desember. Sedangkan di Amerika, soundtrack ini dirilis sebagai LP ditambah 5 lagu dari single-single mereka sebelumnya. Sebulan kemudian yaitu Januari 1968, The Beatles tampil sebagai cameo di produksi film animasi “Yellow Submarine”. Film ini kemudian dirilis pada bulan Juni 1968. Soundtrack-nya sendiri dirilis 7 bulan berikutnya.
Masih dalam keadaan penuh tekanan, The Beatles kembali ke Maharishi untuk melanjutkan meditasi-nya. Namun proses tersebut tidak bertahan lama, satu persatu mereka kembali. Harrison yang paling lama tinggal disana. Lennon sendiri meninggalkan Maharishi karena dia mendapat kabar bahwa Maharishi bermaksud me manipulasi band mereka, dan Lennon mengetahui Maharishi melakukan pelecehan sexual kepada muridnya. Namun dalam proses tersebut, The Beatles banyak mendapat inspirasi lagu untuk album berikutnya.
Sekembalinya The Beatles dari meditasi, mereka menggarap proyek album yang kemudian dirilis sebagai double album. Album yang dikenal sebagai “White Album” itu mempunyai sampul cover yang sederhana, secara umum berwarna putih, yang didedikasikan untuk Epstein. Album ini adalah album pertama yang dirilis di label Apple Records, label yang dibentuk The Beatles untuk mewujudkan impian Epstein. Dari proses rekaman album ini mulai terlihat perpecahan dalam diri The Beatles. Ketidak disiplinan Starr yang sering meninggalkan proses produksi. Lennon yang saat itu tengah berpacaran dengan Yoko Ono, seorang artis avant-garde dari Jepang, yang mana ia selalu membawa Ono ke studio ditentang oleh anggota Beatles lainnya, karena dianggap memecah konsentrasi. Lennon sendiri mulai mengkritik McCartney dengan mengatakan beberapa lagunya sperto Ob-La-Di, Ob-La-Da terdengar seperti musik tua. Album ini kemudian dirilis pada bulan November 1968 dan mendapat kritikan yang beragam. Beberapa menganggap kualitas album ini tidak sebanding dengan dua album sebelumnya. Di album ini, Lennon dan McCartney tidak menunjukkan peningkatan kualitas di lagu-lagu mereka, namun tidak demikian dengan Harrison yang mendapat banyak pujian atas beberapa lagu nya. Di album ini, musik The Beatles tidak nampak menyatu sebagai band seperti musik mereka di album terdahulu, namun lebih menonjolkan karakter masing-masing personil.
Di awal 1969, soundtrack “Yellow Submarine” dirilis. Album ini berisi 4 track lagu baru, beberapa lagu dari single terdahulu, serta 7 lagu instrumental komposisi George Martin. Di album ini, Harrison kembali mendapat pujian untuk komposisi “It’s All Too Much” dan “Only A Northern Song” yang semakin mengukuhkan diri nya sebagai pencipta lagu berkualitas.
DUA ALBUM TERAKHIR… DAN BERAKHIRLAH SUDAH
Dua album terakhir dirilis The Beatles dirilis akhir Tahun 1965 dan pertengahan 1970, yaitu “Abbey Road” dan “Let It Be”. Walaupun “Let It Be” adalah album terakhir yang dirilis The Beatles, namun materinya direkam sebelum “Abbey Road”. Pada awalnya The Beatles memang akan merilis “Let It Be”, namun karena tidak menyukai hasil rekamannya, mereka memutuskan menunda album tersebut. Pada awalnya, judul album ini bukanlah “Let It Be”, melainkan “Get Back”. Ide konsep album ini berawal dari McCartney yang ingin kembali membuat album live. Ia merasa The Beatles terlalu berfokus pada studio dan berbagai eksperimen musik sehingga mengurangi sense mereka sebagai sebuah band. Saat itu hubungan antar anggota sedang buruk-buruknya. Perseteruan tampak diantara duo komponis utama Lennon-McCartney. Harrison pergi selama satu minggu, dan sekembalinya dia membawa seorang teman Billy Preston yang nantinya mengisi keyeboard pada lagu “Get Back”. Pilihan lokasi konser cenderung kontroversial yaitu di atap gedung Apple Corps, 3 Savile Row, London. Akhirnya mereka mengadakan konser terakhir tersebut pada tanggal 30 January 1969. Konser tersebut membuat penonton ramai baik yang memenuhi jalanan sekitar Apple Corps, maupun penonton yang menaiki atap gedung lain terdekat, demi melihat idola mereka. Konser tersebut berakhir setelah polisi menghentikan mereka karena suara nya yang mengganggu. Beberapa materi lainnya direkam di studio Abbey Road EMI.
Beberapa waktu setelah rekaman tersebut kembali terjadi perseteruan diantara personil The Beatles. Kali ini masalah bisnis, yaitu pemilihan manajer. Lennon, Harrison, dan Starr memilih Allen Klien, seorang bisnisman yang telah membawa kontrak band The Rolling Stones dan band UK lainny selama British Invasion. McCartney sendirian lebih memilih John Eastman, saudara istrinya Linda Eastman. Tidak adanya kesepakatan membuat keduanya dipilih menjalankan bisnis The Beatles.
Proses rekaman “Let It Be” yang penuh perseteruan membuat George Martin pesimis akan kelanjutan The Beatles. Ia menganggap proses “Let It Be” adalah yang terakhir untuk mereka semua. Ia terkejut ketika McCartney menghubunginya untuk kembali memproduksi album. Tanpa membuang waktu, mereka pun kembali masuk studio rekaman. Proses rekaman “Abbey Road” dimulai pada akhir Februari. Martin memberi ide konsep album dimana materi lagu per lagu diputar sambung menyambung (medley). Lennon menolak ide tersebut dan menawarkan bahwa lagu miliknya dan lagu milik McCartney dipisah di dua sisi (side). Akhirnya konsep kompromis album tersebut adalah satu sisi memuat lagu-lagu ciptaan personal, sisi lainnya memakai konsep medley, yang kemudian dikenal sebagai “Abbey Road Medley”. Pada saat proses rekaman, Lennon merilis single solo, diluar The Beatles, berjudul “Give Peace a Chance”, bersama Plastic Ono Band. Semementara rekaman “Abbey Road” diakhiri dengan lagu “I Want You (She’s So Heavy)” pada 20 Agustus 1969, yang adalah saat terakhir keempat Beatles bersama di dalam studio. Lennon memutuskan keluar dari band pada 20 September, tapi mereka tidak mempublikasikannya sampai berbagai hal menyangkut perjanjian kerjasama diselesaikan. “Abbey Road” terjual 4 juta copy dalam 2 bulan. Album ini menampilkan masterpice dari Harrison yaitu “Something”, dimana harmony dan melody dalam lagu itu mendapat banyak pujian. Secara umum, album ini mendapat pujian positif.
Kembali ke proses rekaman panjang “Let It Be” yang akhirnya selesai pada January 1970 saat merekam lagu Harrison “I Me Mine”. Materi album kemudian di berikan kepada Phil Spector untuk di final kan. Spector adalah seorang produser dari US yang pada waktu itu juga memproduseri single Lennon, “Instant Karma”. Spector memasukkan komposisi orkestranya dalam lagu McCartney “The Long and Winding Road”. McCartney tidak menyukai hasil dari Spector, namun terlambat untuk merivisi karena “Let It Be” telah terlanjur rilis pada 8 Mei 1970. Film dokumenter “Let It Be” dirilis tak lama setelahnya. Album terkahir The Beatles ini adalah album yang paling banyak mendapat kritikan negatif dari media.
McCartney akhirnya memutuskan keluar dari The Beatles dan mengumumkannya tanggal 10 April 1970. Pengumuman ini ia nyatakan dalam pers released untuk album solo nya. Konflik berlanjut saat rilis debut album solo McCartney yang berbarengan dengan “Let It Be”. Personel meminta McCartney untuk menuda rilis albumnya, namun ia menolak karena kekecewaannya pada hasil Spektor pada lagu “The Long and Winding Road” ciptaannya. Setelah itu… The Beatles akhirnya bubar.
LALU SETELAH ITU…
Setelah bubar, para mantan personel The Beatles tetap bermusik dengan proyek pribadi masing-masing. Terkadang satu personel ikut terlibat dalam proyek personel lain. Dalam proyek-proyek pribadi mereka, terlihat berbagai karakter bermusik asli masing-masing personel. Lennon sebagai musisi dengan berbagai lagu rock dan balada berlirikkan propaganda damai dan anti perang. McCartney dengan Pop manisnya. Harrison dengan lagu “kebatinan” yang selalu dibalut influens musik India. Starr dengan rock easy listening-nya. Dari semuanya, Lennon lah yang paling produktif menghasilkan lagu legendaris seperti “Imagine”, “Give Peace a Chance”, “Mother”, dan lain-lain. McCartney mengalami puncak jaya paska The Beatles saat ia mendirikan band Wings, walau sebenarnya tidak menyamai prestasi Lennon. Ada berbagai rumor beredar mengenai reuni The Beatles. Rumor itu akhirnya terpatahkan dengan kabar duka tertembak mati-nya John Lennon pada 8 Desember 1980 di New York. Lennon dibunuh oleh fans nya bernama Mark David Chapman. Pada 29 November 2001, kabar duka kembali terdengar, George Harrison menyusul Lennon. Kematiannya disebabkan kanker paru-paru.
Karya The Beatles terus di gandakan, diedit ulang, di kumpulkan, diolah kembali, dan ditemukan. Tiga personel The Beatles McCartney, Harrison, dan Starr, di tahun 1994 sempat bereuni dalam menjalankan proyek “Anthology”. Saat itu Lennon diwakili oleh mantan istrinya Yoko Ono. Proyek “Anthology” adalah beberapa dokumentasi baik saat mereka rekaman maupun latihan, lagu-lagu yang belum pernah dirilis, maupun berbagai percakapan terkait mereka tergabung dalam sebuah band paling fenomenal sepanjang sejarah, The Beatles.
SOURCE